Share this article
Resesi Ekonomi Adalah: Penyebab, Dampak, dan Investasi Selama Resesi
Resesi ekonomi adalah kondisi yang sangat ditakuti oleh seluruh negara di dunia. Apa yang terjadi jika ancaman resesi ekonomi 2023 terealisasi? Lalu, apakah Indonesia akan terdampak? Pahami lengkapnya lewat akibat dampak resesi ekonomi yuk!!
memahami konsep dan dampak resesi terhadap perekonomian Indonesia

Seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, mengalami resesi ekonomi. Resesi ekonomi didefinisikan sebagai penurunan yang signifikan dalam aktivitas ekonomi dalam jangka waktu yang lama, yang dapat berlangsung dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Saat ini, banyak negara di seluruh dunia menghadapi ancaman resesi global. Ini adalah hasil dari pandemi COVID-19 yang berhasil menghentikan pertumbuhan ekonomi global. Banyak industri terkena dampak resesi secara keseluruhan; salah satu yang paling rentan mengalami penurunan selama resesi adalah perekonomian.

Kali ini kita akan membahas resesi ekonomi, yang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Kita akan membahas apa itu resesi ekonomi, bagaimana itu didefinisikan, apa yang terjadi pada investasi selama resesi, dan bagaimana pemerintah menggunakan kebijakan resesi fiskal.

Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk mengikuti artikel ini agar Anda dapat mengatasinya jika terjadi resesi.

Resesi Ekonomi Adalah

Mungkin akhir-akhir ini Anda kerap mendengar istilah resesi baik dari media sosial, berita, atau pembicaraan teman Anda. Resesi adalah kondisi yang sangat ditakuti oleh seluruh negara di dunia, salah satunya Indonesia. Ya, saat ini banyak negara di seluruh belahan dunia sedang berusaha agar negaranya tidak terkena resesi ekonomi.

Apa itu resesi ekonomi? Merujuk dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi ekonomi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Sederhananya resesi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Nah makanya pasti Anda pernah melihat atau mendengar berita seputar banyak perusahaan di Amerika telah mengurangi jumlah karyawan secara besar-besaran? Itu terjadi karena resesi ekonomi.

Saat ini resesi ekonomi kerap dibicarakan akibat dari efek Pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian dunia bertumbuh negatif. Banyak negara di dunia merasa khawatir akan terjadinya resesi global akibat sejak tahun 2020 perekonomian dunia terus mengalami penurunan yang signifikan.

Bila suatu negara terus menerus mengalami masa resesi tanpa bisa diatasi dengan baik, maka negara tersebut dapat kolaps di masa mendatang. Masa resesi adalah kondisi suatu negara yang mengalami penurunan di seluruh sektornya dan membuat rusaknya kualitas hidup seluruh masyarakat di negaranya.

Oleh karena itu Anda perlu mengetahui faktor penyebab resesi, dampak dari resesi ekonomi, dan cara mengatasi resesi ekonomi agar Anda siap sewaktu negara mengalami resesi.

Faktor Resesi Ekonomi

Faktor resesi ekonomi dapat disebabkan oleh hal-hal yang mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga Anda. Beberapa penyebab faktor resesi ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Inflasi

Faktor pertama penyebab resesi ekonomi adalah inflasi. Pasti Anda sudah tidak asing dengan istilah satu ini kan? Inflasi adalah suatu kondisi di mana terjadinya kenaikan pada harga barang dan jasa pada periode tertentu karena terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat. 

Jika suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, hal ini akan membuat daya beli masyarakat menurun atau melemah. Di lain sisi hal ini juga menyebabkan produksi barang dan jasa mengalami penurunan.

Nantinya inflasi akan memicu naiknya angka pengangguran, kemiskinan, hingga berujung pada resesi.

2. Deflasi

Jika inflasi harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Pada deflasi ditandai dengan turunnya harga barang dan jasa di periode tertentu. Memang terjadinya deflasi akan meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi jika hal ini terjadi secara berlebihan nantinya dapat membawa kerugian bagi penyedia barang dan jasa.

Jika penurunan harga barang dan jasa terjadi secara terus-menerus akan membuat konsumen menunda pembelian dan akan melakukan pembelian saat harga berada di posisi terendahnya.

Akibatnya daya beli justru melemah dan perusahaan akan mengurangi aktivitas produksinya. Jika kondisi ini telah terjadi hingga masyarakat dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang, maka selanjutnya ekonomi akan rusak dan terjadi resesi.

3. Guncangan Ekonomi

Guncangan ekonomi terjadi seperti yang kita rasakan saat ini yaitu akibat dari Pandemi Covid-19. Covid-19 merupakan salah satu penyebab terjadinya resesi ekonomi Indonesia. Hal ini ditandai dengan melemahnya daya beli masyarakat akibat masalah finansial.

4. Tingginya Suku Bunga

Faktor keempat penyebab resesi ekonomi adalah tingginya suku bunga. Kondisi ini terjadi saat negara mengalami inflasi dan membuat bank sentral harus menaikkan suku bunganya. Sebenarnya menaikkan suku bunga berfungsi untuk melindungi nilai mata uang. Namun kondisi ini diperparah dengan melemahnya daya beli masyarakat yang malah akan menjadi penyebab resesi. 

5. Gelembung Aset Pecah (Asset Bubble)

Gelembung aset pecah atau asset bubble adalah salah satu penyebab resesi ekonomi. Kondisi gelembung pecah ini banyak ditemukan di pasar saham dan properti. Kondisi ini terjadi akibat dari investor yang mengambil keputusan gegabah dan merusak pasar. Kondisi gelembung aset pecah terjadi ketika para investor panik dengan kondisi ekonomi negara dan segera menjual sahamnya secara besar-besaran.

Tindakan gegabah yang dilakukan investor tersebut seperti mereka membeli saham atau properti secara berlebihan saat kondisi ekonomi sedang naik dan berspekulasi bahwa harganya akan terus naik di masa depan. Namun, saat kondisi ekonomi negara sedang tidak baik akan terjadinya gelembung pecah, di mana investor ramai-ramai menjual aset investasi mereka atau disebut sebagai panic selling. Jika kondisi ini terus terjadi maka akan terjadi resesi ekonomi.

6. Perkembangan Teknologi

Selain dari sektor ekonomi faktor penyebab lainnya dari resesi ekonomi adalah perkembangan teknologi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju banyak membuat orang khawatir jika Artificial Intelligence (AI) dan robot akan mengganti posisi manusia dalam pekerjaannya. Jika hal ini benar terjadi, maka angka pengangguran berpotensi mengalami kenaikan yang akhirnya resesi ekonomi dapat terjadi.

Ciri-ciri Resesi Ekonomi

Apa yang terjadi jika resesi ekonomi terjadi di Indonesia? Pastinya perekonomian Indonesia akan kolaps dan nantinya akan membuat kehidupan masyarakat menurun akibat dari resesi ekonomi Indonesia. Kali ini kita akan membahas ciri-ciri resesi ekonomi agar Anda mengetahui kondisi suatu negara yang akan mengalami resesi ekonomi dan tahu apa yang harus dilakukan.

Berikut ini ciri-ciri resesi ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Turunnya Lapangan Pekerjaan

Ciri-ciri pertama resesi ekonomi adalah turunnya lapangan pekerjaan. Kalian pasti akhir-akhir ini kerap mendengar banyak perusahaan yang melakukan pengurangan karyawannya secara besar-besaran kan? 

Ketika lapangan kerja semakin berkurang, maka secara otomatis jumlah pengangguran akan terus bertambah dan selanjutnya membuat perekonomian negara melemah. Jika hal ini terjadi bisa saja nantinya akan meningkatkan angka kriminalitas. Dengan begitu negara dapat kehilangan rasa kepercayaan dari investor yang ingin menanamkan modalnya, sehingga membuat negara menuju jurang resesi ekonomi.

2.  Penurunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi negatif terjadi jika pertumbuhan ekonomi suatu negara terus menurun selama dua kuartal berturut-turut. Penurunan ekonomi terjadi akibat dari ketidakstabilan investasi, konsumsi, pendapatan nasional, pengeluaran, dan ekspor impor. Bila kondisi ini terus terjadi, maka resesi ekonomi akan sulit untuk dihindari.

3. Impor Lebih Besar dari Ekspor

Jika suatu negara mengalami kondisi impor lebih besar dibanding ekspor, ini pertanda negara memasuki resesi ekonomi. Ketika suatu negara lebih banyak mendatangkan barang dari luar negeri akan terdapat risiko defisit anggaran. Akibatnya pendapatan nasional menurun dan negara dapat mengalami resesi ekonomi.

4. Jumlah Produksi dan Konsumsi Tidak Seimbang

Jika jumlah produksi dan konsumsi tidak seimbang bisa mendatangkan resesi bagi suatu negara. Jika jumlah produksi jauh lebih banyak dibanding konsumsi, maka akan terjadi penumpukan stok barang. Namun jika jumlah konsumsi lebih banyak dibanding produksi, maka akan mendorong terjadinya impor yang besar. 

Jika jumlah produksi dan konsumsi tidak seimbang terus-menerus, hal ini akan berdampak pada pengeluaran yang membengkak dan laba perusahaan dalam negeri pun berkurang alias menipis. Kondisi ini tentunya akan menjadi pemicu terjadinya resesi ekonomi.

Dampak Resesi Ekonomi

Pastinya seluruh negara di dunia tidak menginginkan negaranya terkena resesi, karena bisa membawa dampak buruk bagi negara. Dampak resesi ekonomi sendiri tersebar ke beberapa sektor, mulai dari pemerintah, perusahaan, hingga kehidupan individu semua terkena imbasnya.

Berikut ini dampak resesi ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Dampak Resesi Ekonomi Bagi Pemerintah

Pertama dari dampak resesi ekonomi adalah terjadi pada sektor pemerintah. Terjadinya resesi ekonomi menyebabkan pendapatan negara yang bersumber dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah. Kondisi ini disebabkan karena menurunnya penghasilan masyarakat, hingga harga properti yang anjlok. Dengan terjadinya kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya  jumlah PPN ke kas negara.

Ketika pendapatan negara kian merosot, pemerintah terus dituntut untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan terus melakukan pembangunan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Alhasil pinjaman pemerintah ke bank asing terus meningkat dan utang pemerintah semakin meningkat akibat tuntutan yang terus datang berbanding terbalik dengan pendapatan negara yang terus merosot.

2. Dampak Resesi Bagi Perusahaan

Selain bagi pemerintah, selanjutnya dari dampak resesi adalah terjadi pada perusahaan. Ketika terjadi resesi ekonomi Indonesia, maka daya beli masyarakat akan terus menurun yang mengakibatkan pendapatan perusahaan pun terus menurun. 

Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan mengancam arus kas perusahaan. Perusahaan pun akan menutup area bisnis yang kurang menguntungkan hingga memotong biaya operasional.

3. Dampak Resesi Bagi Pekerja

Pihak lain yang terkena dampak resesi ekonomi adalah pekerja. Saat negara terkena resesi maka banyak perusahaan akan memotong biaya operasional hingga mengurangi jumlah karyawannya. Hal ini menyebabkan banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya. 

Padahal para pekerja yang terkena PHK ini terus dituntut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di tengah resesi ekonomi. Di lain sisi, bagi pekerja yang tidak terkena PHK juga masih terkena dampak dari resesi ekonomi. Para pekerja ini akan terkena potongan upah dan hak kerja lainnya di tengah kondisi resesi ekonomi Indonesia.

Sejarah Indonesia Menghadapi Resesi Ekonomi

Melihat dari sejarah resesi Indonesia, sebenarnya negara ini sudah beberapa kali mengalami penurunan ekonomi. Hingga saat ini, kondisi resesi ekonomi Indonesia ini setidaknya pernah terjadi tiga kali. Lalu, kapan saja dan bagaimana Indonesia bertahan di tengah resesi saat itu? Ini pembahasannya.

1. Sejarah Resesi Ekonomi Indonesia 1963

Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, selama dua kuartal berturut-turut Indonesia mengalami penurunan ekonomi yang mengantarkan pada defisit anggaran hingga 600% pada dua tahun setelahnya.

Masa resesi ekonomi Indonesia 1963 dipicu oleh hiperinflasi yang dipicu oleh tindakan konfrontatif keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Alhasil, PDB Indonesia kontraksi karena buruknya transaksi investasi asing dan ekspor-impor. Hal inilah yang membuat anggaran belanja pemerintah membengkak dan kemudian menyebabkan hiperinflasi.

2.  Sejarah Resesi Ekonomi Indonesia 1998

Masa resesi Indonesia 1998 dipicu oleh Krisis Keuangan Asia yang telah terjadi lebih dulu. Pada dasarnya, PDB Indonesia sudah minus selama 6 bulan berturut-turut  di tahun 1997. Lalu, pada 1998 negara Thailand yang meninggalkan fixed exchange rate terhadap dolar AS sehingga harganya menguat dan rupiah pun melemah.

Kondisi PDB Indonesia yang sudah minus, ditambah menukiknya nilai rupiah membuat banyak perusahaan dan bahkan pemerintah mengalami gagal bayar. Saat itu, nilai tukar rupiah terjun dari Rp2.500 menjadi Rp16.900 per dolar AS.

3. Sejarah Resesi Ekonomi Indonesia 2008

Setelah berhasil bertahan di tengah masa resesi ekonomi 1998 dan bangkit, Indonesia kembali mengalami penurunan ekonomi karena tekanan resesi global yang dipicu oleh Amerika Serikat. Saat itu, krisis keuangan 2008-2009 dipicu oleh kredit macet di sektor properti Amerika Serikat (subprime mortgage) yang berhasil membuat perusahaan besar seperti Lehman Brother tumbang.

Akhirnya, masa resesi ekonomi Indonesia 1998 terjadi ketika bursa keuangan seperti saham, kurs mata uang, hingga obligasi jatuh akibat aksi jual besar-besaran yang berakhir pada derasnya arus modal ke luar (capital outflow).

Cara Mengatasi Resesi Ekonomi

Selanjutnya kita akan membahas bagaimana cara mengatasi resesi ekonomi agar Anda tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi resesi ekonomi Indonesia. Berikut ini beberapa cara mengatasi resesi ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Mengembalikan Kepercayaan Investor

Salah satu cara mengatasi resesi ekonomi adalah mengembalikan kepercayaan investor. Pemerintah harus mengeluarkan berbagai kebijakan selama resesi dan membuat proyek-proyek strategis untuk menciptakan iklim investasi yang baik di tengah resesi agar investor tetap percaya dan tertarik untuk menanamkan modalnya kembali.

2. Bantuan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

UMKM merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari resesi ekonomi Indonesia. Namun saat terjadi resesi ekonomi usaha ini dinilai memiliki daya tahan yang lebih baik daripada perusahaan besar karena lingkupnya yang kecil. 

Oleh karena itu pemerintah dapat memberikan bantuan terhadap UMKM agar kegiatannya terus berjalan di tengah kondisi resesi ekonomi.

3. Belanja Besar-besaran

Cara mengatasi resesi ekonomi ketiga adalah memperkuat daya beli melalui belanja besar-besaran. Pemerintah dapat merencanakan belanja besar-besaran untuk menghadapi ancaman resesi sehingga permintaan dalam negeri pun kian meningkat dan dunia usaha tergerak untuk berinvestasi. 

Kebijakan Selama Resesi dari Pemerintah

Jika membicarakan kebijakan selama resesi ekonomi dari pemerintah apakah pernah dilaksanakan di Indonesia? Apakah Indonesia pernah berada di tengah kondisi resesi ekonomi? 

Jawabannya untuk keduanya adalah ya. Indonesia pernah berada di tengah kondisi resesi ekonomi dan pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan selama resesi ekonomi.

Indonesia pernah berada di tengah ancaman kondisi resesi ekonomi saat wabah Covid-19 sedang merebah di seluruh dunia. Dengan kondisi Covid-19 yang sedang tinggi-tingginya berhasil membuat kondisi ekonomi Indonesia bahkan dunia mengalami kolaps. 

Hal ini membuat beberapa negara di dunia yang perekonomiannya kolaps terkena resesi ekonomi. Bahkan, Indonesia sejak tahun 2020 diprediksi akan mengalami resesi ekonomi.

Untuk menghindari agar Indonesia tidak terjerumus ke dalam resesi ekonomi pemerintah menerapkan kebijakan resesi fiskal demi menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Berikut ini beberapa kebijakan resesi fiskal yang dilakukan pemerintah semasa Pandemi Covid-19:

1. Skema Bantuan Sosial

Saat Pandemi Covid-19 sedang merebak di Indonesia terjadi penurunan tingkat perekonomian Indonesia karena adanya lockdown. Dari lockdown masyarakat banyak takut untuk beraktivitas di luar rumah dan memilih untuk tetap di dalam rumah. Hal inilah menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia di awal pandemi mengalami penurunan.

Untuk mengembalikan perekonomian Indonesia, pemerintah melakukan kebijakan fiskal untuk mendorong daya beli masyarakat dengan fokus pada skema bantuan sosial. Skema bantuan sosial selama masa pandemi ini dilakukan secara besar-besaran oleh pemerintah dengan menggunakan barang produksi lokal. Dengan menggunakan barang produksi lokal dilakukan agar pemerintah tidak perlu melakukan impor jadi tetap menggunakan produksi lokal.

2. Mendorong Produktivitas Sektor Pangan

Selama Pandemi Covid-19 pemerintah Indonesia juga mendorong produktivitas sektor pangan, terutama untuk komoditi beras. Karena menurut proyeksi FAO, dunia akan menghadapi krisis pangan. Makanya meski daya beli masyarakat sudah dijaga baik dan Indonesia berhasil keluar dari resesi, Indonesia bisa saja menghadapi masalah baru yaitu krisis pangan. Jadi, mendorong produktivitas sektor pangan perlu dijaga terus-menerus.

3. Menjaga Agar Defisit Anggaran Dapat Terjaga

Nah, dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah sebelumnya, dengan melakukan skema bantuan sosial, dan mendorong produktivitas sektor pangan, pemerintah juga wajib menjaga agar defisit anggaran tetap terjaga akibat belanja yang dilakukan secara besar-besaran. 

Jika pemerintah bisa menjaga defisit anggaran, pemerintah akan mampu mendorong belanja negara ke sektor produktif serta tepat sasaran dan Indonesia akan terbebas dari resesi ekonomi.

Kenapa 2023 Resesi Diprediksi Terjadi? 

Memasuki akhir tahun 2022, kencangnya isu resesi ekonomi 2023 semakin gempar dibicarakan. Lalu, kenapa 2023 diprediksi akan resesi? Ternyata, ketidakstabilan kondisi ekonomi global setelah perang Rusia-Ukraina yang membuat harga pangan dan energi melonjak di negara-negara pemegang super power seperti Amerika, China, dan Eropa semakin terlihat.

Isu resesi global 2023 ini juga sempat disinggung oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani yang memprediksi bahwa akan mulai terjadi karena dipicu oleh kenaikan agresif suku bunga bank sentral di beberapa negara seperti Amerika dan Eropa untuk meredam laju inflasi yang terus melambung. 

Namun, meski resesi global 2023 disinyalir akan terjadi, memasuki Q4 pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif. Dilansir dari laman data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia Q3 2022 mencapai 5,72% (yoy) atau tumbuh 1,8% (qoq). 

Selain itu, angka rasio utang Indonesia terhadap PDB per September pun masih tergolong aman, yaitu 39,30%. Artinya, jika mengacu pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, rasio utang maksimal sebesar 60%, maka Indonesia dapat dikatakan belum punya utang luar negeri yang berlebihan.

Selain itu, data inflasi bulanan Bank Indonesia yang sebelumnya sempat mencapai angka tertinggi 5,95% pada September pun mengalami penurunan inflasi ke kisaran 5,71% pada akhir bulan Oktober. 

Karena itu, isu resesi global 2023 sebenarnya dapat dikatakan tidak akan berdampak terlalu signifikan pada ekonomi Indonesia. Hal ini karena jika resesi ekonomi didefinisikan dengan penurunan PDB setidaknya dua kuartal berturut-turut, maka data-data di atas mematahkan isu resesi ekonomi 2023 akan menggoyahkan Indonesia.

Investasi di Tengah Resesi Ekonomi

Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak stabil, para investor dihadapkan pada sejumlah tantangan yang serius. Namun, jangan biarkan ketidakpastian ini menghentikan langkah Anda dalam berinvestasi. Terlepas dari keadaan sulit, masih ada peluang yang dapat diambil.

Salah satu strategi kunci dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak stabil adalah diversifikasi portofolio investasi. Diversifikasi memungkinkan Anda untuk mengalokasikan modal Anda ke berbagai jenis instrumen investasi, seperti saham, obligasi, reksa dana, properti, dan emas. Diversifikasi adalah kunci untuk mengurangi risiko dan melindungi investasi Anda dari fluktuasi pasar yang tidak terduga.

Saat memilih instrumen investasi, penting untuk mempertimbangkan risiko dan potensi keuntungan, kebutuhan dan tujuan investasi Anda, serta jangka waktu investasi yang Anda inginkan. Konsultasi dengan profesional keuangan dan melakukan riset yang cermat adalah langkah bijak sebelum membuat keputusan investasi. Ini karena beberapa sektor pasar mungkin mengalami penurunan selama masa ketidakpastian ekonomi, sementara sektor lain masih memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan.

Emas, sebagai salah satu instrumen investasi yang telah terbukti berkinerja baik selama ketidakpastian ekonomi, dapat menjadi pilihan yang bijak. Emas tidak hanya mempertahankan nilai dalam situasi ekonomi yang sulit, tetapi juga dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Secara keseluruhan, investasi dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil adalah peluang bagi para investor yang memiliki kemampuan untuk mengelola risiko dengan bijak. Dengan strategi yang matang, pengetahuan yang baik, dan analisis yang cermat, Anda dapat tetap berhasil berinvestasi dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian ini. Ingatlah bahwa setiap keputusan investasi harus didasarkan pada pemahaman yang kuat dan perencanaan yang hati-hati untuk mencapai tujuan keuangan Anda.

TEMUKAN INFORMASI INVESTASI DAN EKONOMI TERKINI DENGAN FOLLOW AKUN RESMI ICX DI INSTAGRAM

Share this article
Read Another Blog
ICX x ALUDI: Daftar Hitam Penerbit dan Integrasi Data Nasional
Upaya ICX dan ALUDI untuk mendorong Ekosistem Crowdfunding yang lebih AMAN dan TRANSPARAN
Read More
Staying Afloat: Indonesia’s Middle Class Faces Financial Pressures
Kelas menengah Indonesia, tulang punggung pertumbuhan ekonomi, kini menghadapi tekanan finansial yang semakin berat. Meningkatnya biaya hidup, stagnasi upah, dan ketidakstabilan pekerjaan telah mendorong banyak rumah tangga ke dalam ekonomi yang rentan. Artikel ini mengulas tantangan yang dihadapi kelas menengah Indonesia dan langkah apa yang dapat dilakukan agar tidak turun kelas.
Read More
Kewajiban Memperbarui Nomor Rekening dan Pemadanan NIK
ICX merupakan platform Securities Crowdfunding yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). ICX bertindak sebagai Penyelenggara Layanan Urun Dana dengan fokus membuka akses bagi investor untuk berpartisipasi dalam investasi pada perusahaan privat, serta memberikan peluang bagi pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka. Investor selaku Pemodal Dapat turut memiliki saham pada perusahaan-perusahaan holding yang listing di platform Indonesia Crowdfunding Indonesia.
Read More
Kendala Teknis
ICX merupakan platform Securities Crowdfunding yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). ICX bertindak sebagai Penyelenggara Layanan Urun Dana dengan fokus membuka akses bagi investor untuk berpartisipasi dalam investasi pada perusahaan privat, serta memberikan peluang bagi pelaku usaha untuk mengembangkan bisnis mereka. Investor selaku Pemodal Dapat turut memiliki saham pada perusahaan-perusahaan holding yang listing di platform Indonesia Crowdfunding Indonesia.
Read More
;
Berizin dan Diawasi Oleh
Telah Terdaftar Oleh
Didukung Oleh
Anggota Dari
PT ICX bangun Indonesia
BEI Tower 1 Lt. 17, Unit 1709 Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Senayan, Kby. Baru Jakarta Selatan 12190
Telephone
+62 21 51401627
WhatsApp
+6281381862878
Social Media
Get The App
Berizin dan Diawasi Oleh
Telah Terdaftar Oleh
Didukung Oleh
Anggota Dari
Disclaimer
PT ICX BANGUN INDONESIA (selanjutnya disebut “ICX”) adalah Perusahaan yang didirikan berdasarkan Hukum Indonesia yang bertindak sebagai Penyelenggara Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Efek Berbasis Teknologi Informasi yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor Kep-068/D.04/2020 tentang Pemberian Izin Usaha Penyelenggara Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Efek Berbasis Teknologi Informasi PT Numex Teknologi Indonesia. Kegiatan Investasi melalui Layanan Urun Dana memiliki tingkat risiko tinggi, Pemodal diwajibkan telah membaca Syarat dan Ketentuan serta seluruh dokumen yang dipaparkan oleh ICX melalui website dan/atau aplikasi ICX. ICX tidak pernah memaksa Pemodal untuk melakukan pembelian Efek yang sedang ditawarkan. Segala transaksi yang dilakukan oleh Pemodal dilakukan oleh Pemodal dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan dari Pihak manapun. ICX berperan sebagai Penyelenggara Layanan Urun Dana dalam melakukan kegiatan Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi yang mempertemukan antara Penerbit dengan Pemodal. OJK bertindak sebagai regulator dan pemberi izin serta pengawas, tidak sebagai penjamin investasi. Segala risiko menjadi tanggung jawab penuh dari Pemodal. Pemodal telah menyadari secara penuh bahwa terdapat sejumlah risiko dalam melakukan investasi pada layanan urun dana. Oleh karena itu, ICX TIDAK BERTANGGUNG JAWAB terhadap kerugian dan gugatan hukum serta segala bentuk risiko lain yang timbul di kemudian hari. Sejumlah risiko tersebut diantaranya:
Risiko Usaha
Risiko usaha merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam menjalankan kegiatan usaha. Sejumlah risiko usaha yang mungkin saja terjadi adalah penutupan kegiatan usaha secara sementara sebagai dampak dari adanya bencana alam dan/atau keadaan kahar lainnya.
Risiko Kerugian Investasi
Setiap investasi memiliki tingkat risiko yang beragam, salah satunya adalah tidak terkumpulnya dana investasi sesuai proyeksi yang telah ditetapkan dan/atau proyek yang dijalankan tidak menghasilkan keuntungan sesuai dengan yang ditargetkan.
Risiko Kekurangan Likuiditas
Pemodal yang melakukan investasi memungkinkan dalam bentuk tidak likuid karena efek bersifat ekuitas yang ditawarkan tidak terdaftar di bursa efek atau belum dilaksanakan pasar sekunder. Hal ini berarti Pemodal mungkin tidak dapat dengan mudah menjual saham miliknya kepada pihak lain.
Risiko Kelangkaan Pembagian Dividen dan/atau Dilusi Kepemilikan
Saham, Jika Efek Yang Diterbitkan Merupakan Saham Setiap Pemodal yang melakukan investasi pada efek bersifat ekuitas berupa saham, memiliki hak untuk mendapat dividen sesuai dengan jumlah kepemilikan yang dimiliki yang dibagikan oleh Penerbit melalui Penyelenggara secara periodik. Namun, kelangkaan dalam pembagian dividen dimungkinkan terjadi karena kinerja bisnis suatu proyek yang diinvestasikan tidak berjalan sebagaimana mestinya serta berpotensi terdilusi kepemilikan saham karena bertambahnya total saham yang beredar atau ditawarkan.
Risiko Gagal Bayar
Penawaran Efek bersifat utang atau sukuk memiliki risiko dimana Penerbit akan gagal bayar (default). Apabila Penerbit mengalami gagal bayar maka Wali Amanat berdasarkan Surat Kuasa akan mengundang dan mengadakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), dalam RUPO tersebut akan dibahas mengenai gagal bayar yang terjadi serta skema perpanjangan jatuh tempo kupon ataupun eksekusi jaminan fidusia dan jaminan Penerbit lainnya (apabila ada).
Risiko Kegagalan Sistem Elektronik
Sistem pada ICX sudah menerapkan sistem elektronik dan keamanan data yang handal. Namun gangguan sistem teknologi informasi dan kegagalan sistem mungkin saja tetap terjadi. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, ICX telah memiliki sejumlah kebijakan keamanan informasi diantaranya:
  • Mengimplementasikan dan menerapkan ISO 27001;
  • Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan terkait keamanan data pribadi dan informasi yang berlaku di Republik Indonesia;
  • Melakukan perbaikan secara berkala terhadap kinerja Sistem Manajemen Keamanan Informasi.
Sesuai dengan pasal 27 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi (“POJK 57/2020”), kami menyatakan bahwa:
  • OTORITAS JASA KEUANGAN TIDAK MEMBERIKAN PERSETUJUAN TERHADAP PENERBIT DAN TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN INFORMASI DALAM LAYANAN URUN DANA INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM;
  • “INFORMASI DALAM LAYANAN URUN DANA INI PENTING DAN PERLU MENDAPAT PERHATIAN SEGERA. APABILA TERDAPAT KERAGUAN PADA TINDAKAN YANG AKAN DIAMBIL, SEBAIKNYA BERKONSULTASI DENGAN PENYELENGGARA;
  • “PENERBIT DAN PENYELENGGARA, BAIK SENDIRI-SENDIRI MAUPUN BERSAMA-SAMA, BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI YANG TERCANTUM DALAM LAYANAN URUN DANA INI.
Disclaimer
PT ICX BANGUN INDONESIA(“ICX” atau “Penyelenggara”) hadir dalam rangka mendukung program pemerintah di bidang perumahan dengan mengembangkan bisnis layanan urun dana bersama, dengan mempertemukan Pemodal dan pihak pengembang properti (“Penerbit”) (selanjutnya Pemodal dan Penerbit disebut bersama-sama sebagai “Pengguna”). Pada layanan urun dana ini, timbulnya hubungan perdata terjadi apabila Pemodal sepakat untuk membeli saham yang ditawarkan oleh Penerbit, sehingga segala risiko yang timbul dari hubungan tersebut akan menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Risiko yang timbul dari hak sebagai Pemodal untuk menerima dividen dari Penerbit merupakan risiko yang wajib ditanggung oleh Pemodal sesuai kebijakan dividen Penerbit. ICX hanya bertindak sebagai layanan urun dana yang mempertemukan antara Pemodal dengan Penerbit, dan tidak bertindak sebagai pelaku usaha yang menjalankan usaha untuk mengumpulkan dana terkait atau pengelola investasi (Penerbit). Sesuai dengan Pasal 23 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 37 Tahun 2018 tentang Layanan Urun Dana melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi atau Equity Crowdfunding (“POJK 37/2018”), kami menyatakan bahwa:
a. OTORITAS JASA KEUANGAN TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI, TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN INFORMASI DALAM LAYANAN URUN DANA INI. SETIAP PERNYATAAN YANG BERTENTANGAN DENGAN HAL TERSEBUT ADALAH PERBUATAN MELANGGAR HUKUM.
b. INFORMASI DALAM LAYANAN URUN DANA INI PENTING DAN PERLU MENDAPAT PERHATIAN SEGERA. APABILA TERDAPAT KERAGUAN PADA TINDAKAN YANG AKAN DIAMBIL, SEBAIKNYA BERKONSULTASI DENGAN PENYELENGGARA.
c. PENERBIT SAHAM DAN PENYELENGGARA, BAIK SENDIRI-SENDIRI MAUPUN BERSAMA-SAMA, BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA INFORMASI YANG TERCANTUM DALAM LAYANAN URUN DANA INI.
© 2023 PT ICX bangun Indonesia. All Rights Reserved.