Seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia, mengalami resesi ekonomi. Resesi ekonomi didefinisikan sebagai penurunan yang signifikan dalam aktivitas ekonomi dalam jangka waktu yang lama, yang dapat berlangsung dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Saat ini, banyak negara di seluruh dunia menghadapi ancaman resesi global. Ini adalah hasil dari pandemi COVID-19 yang berhasil menghentikan pertumbuhan ekonomi global. Banyak industri terkena dampak resesi secara keseluruhan; salah satu yang paling rentan mengalami penurunan selama resesi adalah perekonomian.
Kali ini kita akan membahas resesi ekonomi, yang dapat disebabkan oleh banyak faktor. Kita akan membahas apa itu resesi ekonomi, bagaimana itu didefinisikan, apa yang terjadi pada investasi selama resesi, dan bagaimana pemerintah menggunakan kebijakan resesi fiskal.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk mengikuti artikel ini agar Anda dapat mengatasinya jika terjadi resesi.
Mungkin akhir-akhir ini Anda kerap mendengar istilah resesi baik dari media sosial, berita, atau pembicaraan teman Anda. Resesi adalah kondisi yang sangat ditakuti oleh seluruh negara di dunia, salah satunya Indonesia. Ya, saat ini banyak negara di seluruh belahan dunia sedang berusaha agar negaranya tidak terkena resesi ekonomi.
Apa itu resesi ekonomi? Merujuk dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi ekonomi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sederhananya resesi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Nah makanya pasti Anda pernah melihat atau mendengar berita seputar banyak perusahaan di Amerika telah mengurangi jumlah karyawan secara besar-besaran? Itu terjadi karena resesi ekonomi.
Saat ini resesi ekonomi kerap dibicarakan akibat dari efek Pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian dunia bertumbuh negatif. Banyak negara di dunia merasa khawatir akan terjadinya resesi global akibat sejak tahun 2020 perekonomian dunia terus mengalami penurunan yang signifikan.
Bila suatu negara terus menerus mengalami masa resesi tanpa bisa diatasi dengan baik, maka negara tersebut dapat kolaps di masa mendatang. Masa resesi adalah kondisi suatu negara yang mengalami penurunan di seluruh sektornya dan membuat rusaknya kualitas hidup seluruh masyarakat di negaranya.
Oleh karena itu Anda perlu mengetahui faktor penyebab resesi, dampak dari resesi ekonomi, dan cara mengatasi resesi ekonomi agar Anda siap sewaktu negara mengalami resesi.
Faktor resesi ekonomi dapat disebabkan oleh hal-hal yang mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga Anda. Beberapa penyebab faktor resesi ekonomi adalah sebagai berikut:
Faktor pertama penyebab resesi ekonomi adalah inflasi. Pasti Anda sudah tidak asing dengan istilah satu ini kan? Inflasi adalah suatu kondisi di mana terjadinya kenaikan pada harga barang dan jasa pada periode tertentu karena terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat.
Jika suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, hal ini akan membuat daya beli masyarakat menurun atau melemah. Di lain sisi hal ini juga menyebabkan produksi barang dan jasa mengalami penurunan.
Nantinya inflasi akan memicu naiknya angka pengangguran, kemiskinan, hingga berujung pada resesi.
Jika inflasi harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Pada deflasi ditandai dengan turunnya harga barang dan jasa di periode tertentu. Memang terjadinya deflasi akan meningkatkan daya beli masyarakat, tetapi jika hal ini terjadi secara berlebihan nantinya dapat membawa kerugian bagi penyedia barang dan jasa.
Jika penurunan harga barang dan jasa terjadi secara terus-menerus akan membuat konsumen menunda pembelian dan akan melakukan pembelian saat harga berada di posisi terendahnya.
Akibatnya daya beli justru melemah dan perusahaan akan mengurangi aktivitas produksinya. Jika kondisi ini telah terjadi hingga masyarakat dan unit bisnis berhenti mengeluarkan uang, maka selanjutnya ekonomi akan rusak dan terjadi resesi.
Guncangan ekonomi terjadi seperti yang kita rasakan saat ini yaitu akibat dari Pandemi Covid-19. Covid-19 merupakan salah satu penyebab terjadinya resesi ekonomi Indonesia. Hal ini ditandai dengan melemahnya daya beli masyarakat akibat masalah finansial.
Faktor keempat penyebab resesi ekonomi adalah tingginya suku bunga. Kondisi ini terjadi saat negara mengalami inflasi dan membuat bank sentral harus menaikkan suku bunganya. Sebenarnya menaikkan suku bunga berfungsi untuk melindungi nilai mata uang. Namun kondisi ini diperparah dengan melemahnya daya beli masyarakat yang malah akan menjadi penyebab resesi.
Gelembung aset pecah atau asset bubble adalah salah satu penyebab resesi ekonomi. Kondisi gelembung pecah ini banyak ditemukan di pasar saham dan properti. Kondisi ini terjadi akibat dari investor yang mengambil keputusan gegabah dan merusak pasar. Kondisi gelembung aset pecah terjadi ketika para investor panik dengan kondisi ekonomi negara dan segera menjual sahamnya secara besar-besaran.
Tindakan gegabah yang dilakukan investor tersebut seperti mereka membeli saham atau properti secara berlebihan saat kondisi ekonomi sedang naik dan berspekulasi bahwa harganya akan terus naik di masa depan. Namun, saat kondisi ekonomi negara sedang tidak baik akan terjadinya gelembung pecah, di mana investor ramai-ramai menjual aset investasi mereka atau disebut sebagai panic selling. Jika kondisi ini terus terjadi maka akan terjadi resesi ekonomi.
Selain dari sektor ekonomi faktor penyebab lainnya dari resesi ekonomi adalah perkembangan teknologi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju banyak membuat orang khawatir jika Artificial Intelligence (AI) dan robot akan mengganti posisi manusia dalam pekerjaannya. Jika hal ini benar terjadi, maka angka pengangguran berpotensi mengalami kenaikan yang akhirnya resesi ekonomi dapat terjadi.
Apa yang terjadi jika resesi ekonomi terjadi di Indonesia? Pastinya perekonomian Indonesia akan kolaps dan nantinya akan membuat kehidupan masyarakat menurun akibat dari resesi ekonomi Indonesia. Kali ini kita akan membahas ciri-ciri resesi ekonomi agar Anda mengetahui kondisi suatu negara yang akan mengalami resesi ekonomi dan tahu apa yang harus dilakukan.
Berikut ini ciri-ciri resesi ekonomi adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri pertama resesi ekonomi adalah turunnya lapangan pekerjaan. Kalian pasti akhir-akhir ini kerap mendengar banyak perusahaan yang melakukan pengurangan karyawannya secara besar-besaran kan?
Ketika lapangan kerja semakin berkurang, maka secara otomatis jumlah pengangguran akan terus bertambah dan selanjutnya membuat perekonomian negara melemah. Jika hal ini terjadi bisa saja nantinya akan meningkatkan angka kriminalitas. Dengan begitu negara dapat kehilangan rasa kepercayaan dari investor yang ingin menanamkan modalnya, sehingga membuat negara menuju jurang resesi ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi negatif terjadi jika pertumbuhan ekonomi suatu negara terus menurun selama dua kuartal berturut-turut. Penurunan ekonomi terjadi akibat dari ketidakstabilan investasi, konsumsi, pendapatan nasional, pengeluaran, dan ekspor impor. Bila kondisi ini terus terjadi, maka resesi ekonomi akan sulit untuk dihindari.
Jika suatu negara mengalami kondisi impor lebih besar dibanding ekspor, ini pertanda negara memasuki resesi ekonomi. Ketika suatu negara lebih banyak mendatangkan barang dari luar negeri akan terdapat risiko defisit anggaran. Akibatnya pendapatan nasional menurun dan negara dapat mengalami resesi ekonomi.
Jika jumlah produksi dan konsumsi tidak seimbang bisa mendatangkan resesi bagi suatu negara. Jika jumlah produksi jauh lebih banyak dibanding konsumsi, maka akan terjadi penumpukan stok barang. Namun jika jumlah konsumsi lebih banyak dibanding produksi, maka akan mendorong terjadinya impor yang besar.
Jika jumlah produksi dan konsumsi tidak seimbang terus-menerus, hal ini akan berdampak pada pengeluaran yang membengkak dan laba perusahaan dalam negeri pun berkurang alias menipis. Kondisi ini tentunya akan menjadi pemicu terjadinya resesi ekonomi.
Pastinya seluruh negara di dunia tidak menginginkan negaranya terkena resesi, karena bisa membawa dampak buruk bagi negara. Dampak resesi ekonomi sendiri tersebar ke beberapa sektor, mulai dari pemerintah, perusahaan, hingga kehidupan individu semua terkena imbasnya.
Berikut ini dampak resesi ekonomi adalah sebagai berikut:
Pertama dari dampak resesi ekonomi adalah terjadi pada sektor pemerintah. Terjadinya resesi ekonomi menyebabkan pendapatan negara yang bersumber dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah. Kondisi ini disebabkan karena menurunnya penghasilan masyarakat, hingga harga properti yang anjlok. Dengan terjadinya kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya jumlah PPN ke kas negara.
Ketika pendapatan negara kian merosot, pemerintah terus dituntut untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan terus melakukan pembangunan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Alhasil pinjaman pemerintah ke bank asing terus meningkat dan utang pemerintah semakin meningkat akibat tuntutan yang terus datang berbanding terbalik dengan pendapatan negara yang terus merosot.
Selain bagi pemerintah, selanjutnya dari dampak resesi adalah terjadi pada perusahaan. Ketika terjadi resesi ekonomi Indonesia, maka daya beli masyarakat akan terus menurun yang mengakibatkan pendapatan perusahaan pun terus menurun.
Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan mengancam arus kas perusahaan. Perusahaan pun akan menutup area bisnis yang kurang menguntungkan hingga memotong biaya operasional.
Pihak lain yang terkena dampak resesi ekonomi adalah pekerja. Saat negara terkena resesi maka banyak perusahaan akan memotong biaya operasional hingga mengurangi jumlah karyawannya. Hal ini menyebabkan banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya.
Padahal para pekerja yang terkena PHK ini terus dituntut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di tengah resesi ekonomi. Di lain sisi, bagi pekerja yang tidak terkena PHK juga masih terkena dampak dari resesi ekonomi. Para pekerja ini akan terkena potongan upah dan hak kerja lainnya di tengah kondisi resesi ekonomi Indonesia.
Melihat dari sejarah resesi Indonesia, sebenarnya negara ini sudah beberapa kali mengalami penurunan ekonomi. Hingga saat ini, kondisi resesi ekonomi Indonesia ini setidaknya pernah terjadi tiga kali. Lalu, kapan saja dan bagaimana Indonesia bertahan di tengah resesi saat itu? Ini pembahasannya.
Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, selama dua kuartal berturut-turut Indonesia mengalami penurunan ekonomi yang mengantarkan pada defisit anggaran hingga 600% pada dua tahun setelahnya.
Masa resesi ekonomi Indonesia 1963 dipicu oleh hiperinflasi yang dipicu oleh tindakan konfrontatif keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Alhasil, PDB Indonesia kontraksi karena buruknya transaksi investasi asing dan ekspor-impor. Hal inilah yang membuat anggaran belanja pemerintah membengkak dan kemudian menyebabkan hiperinflasi.
Masa resesi Indonesia 1998 dipicu oleh Krisis Keuangan Asia yang telah terjadi lebih dulu. Pada dasarnya, PDB Indonesia sudah minus selama 6 bulan berturut-turut di tahun 1997. Lalu, pada 1998 negara Thailand yang meninggalkan fixed exchange rate terhadap dolar AS sehingga harganya menguat dan rupiah pun melemah.
Kondisi PDB Indonesia yang sudah minus, ditambah menukiknya nilai rupiah membuat banyak perusahaan dan bahkan pemerintah mengalami gagal bayar. Saat itu, nilai tukar rupiah terjun dari Rp2.500 menjadi Rp16.900 per dolar AS.
Setelah berhasil bertahan di tengah masa resesi ekonomi 1998 dan bangkit, Indonesia kembali mengalami penurunan ekonomi karena tekanan resesi global yang dipicu oleh Amerika Serikat. Saat itu, krisis keuangan 2008-2009 dipicu oleh kredit macet di sektor properti Amerika Serikat (subprime mortgage) yang berhasil membuat perusahaan besar seperti Lehman Brother tumbang.
Akhirnya, masa resesi ekonomi Indonesia 1998 terjadi ketika bursa keuangan seperti saham, kurs mata uang, hingga obligasi jatuh akibat aksi jual besar-besaran yang berakhir pada derasnya arus modal ke luar (capital outflow).
Selanjutnya kita akan membahas bagaimana cara mengatasi resesi ekonomi agar Anda tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi resesi ekonomi Indonesia. Berikut ini beberapa cara mengatasi resesi ekonomi adalah sebagai berikut:
Salah satu cara mengatasi resesi ekonomi adalah mengembalikan kepercayaan investor. Pemerintah harus mengeluarkan berbagai kebijakan selama resesi dan membuat proyek-proyek strategis untuk menciptakan iklim investasi yang baik di tengah resesi agar investor tetap percaya dan tertarik untuk menanamkan modalnya kembali.
UMKM merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari resesi ekonomi Indonesia. Namun saat terjadi resesi ekonomi usaha ini dinilai memiliki daya tahan yang lebih baik daripada perusahaan besar karena lingkupnya yang kecil.
Oleh karena itu pemerintah dapat memberikan bantuan terhadap UMKM agar kegiatannya terus berjalan di tengah kondisi resesi ekonomi.
Cara mengatasi resesi ekonomi ketiga adalah memperkuat daya beli melalui belanja besar-besaran. Pemerintah dapat merencanakan belanja besar-besaran untuk menghadapi ancaman resesi sehingga permintaan dalam negeri pun kian meningkat dan dunia usaha tergerak untuk berinvestasi.
Jika membicarakan kebijakan selama resesi ekonomi dari pemerintah apakah pernah dilaksanakan di Indonesia? Apakah Indonesia pernah berada di tengah kondisi resesi ekonomi?
Jawabannya untuk keduanya adalah ya. Indonesia pernah berada di tengah kondisi resesi ekonomi dan pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan selama resesi ekonomi.
Indonesia pernah berada di tengah ancaman kondisi resesi ekonomi saat wabah Covid-19 sedang merebah di seluruh dunia. Dengan kondisi Covid-19 yang sedang tinggi-tingginya berhasil membuat kondisi ekonomi Indonesia bahkan dunia mengalami kolaps.
Hal ini membuat beberapa negara di dunia yang perekonomiannya kolaps terkena resesi ekonomi. Bahkan, Indonesia sejak tahun 2020 diprediksi akan mengalami resesi ekonomi.
Untuk menghindari agar Indonesia tidak terjerumus ke dalam resesi ekonomi pemerintah menerapkan kebijakan resesi fiskal demi menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Berikut ini beberapa kebijakan resesi fiskal yang dilakukan pemerintah semasa Pandemi Covid-19:
Saat Pandemi Covid-19 sedang merebak di Indonesia terjadi penurunan tingkat perekonomian Indonesia karena adanya lockdown. Dari lockdown masyarakat banyak takut untuk beraktivitas di luar rumah dan memilih untuk tetap di dalam rumah. Hal inilah menyebabkan kondisi perekonomian Indonesia di awal pandemi mengalami penurunan.
Untuk mengembalikan perekonomian Indonesia, pemerintah melakukan kebijakan fiskal untuk mendorong daya beli masyarakat dengan fokus pada skema bantuan sosial. Skema bantuan sosial selama masa pandemi ini dilakukan secara besar-besaran oleh pemerintah dengan menggunakan barang produksi lokal. Dengan menggunakan barang produksi lokal dilakukan agar pemerintah tidak perlu melakukan impor jadi tetap menggunakan produksi lokal.
Selama Pandemi Covid-19 pemerintah Indonesia juga mendorong produktivitas sektor pangan, terutama untuk komoditi beras. Karena menurut proyeksi FAO, dunia akan menghadapi krisis pangan. Makanya meski daya beli masyarakat sudah dijaga baik dan Indonesia berhasil keluar dari resesi, Indonesia bisa saja menghadapi masalah baru yaitu krisis pangan. Jadi, mendorong produktivitas sektor pangan perlu dijaga terus-menerus.
Nah, dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah sebelumnya, dengan melakukan skema bantuan sosial, dan mendorong produktivitas sektor pangan, pemerintah juga wajib menjaga agar defisit anggaran tetap terjaga akibat belanja yang dilakukan secara besar-besaran.
Jika pemerintah bisa menjaga defisit anggaran, pemerintah akan mampu mendorong belanja negara ke sektor produktif serta tepat sasaran dan Indonesia akan terbebas dari resesi ekonomi.
Memasuki akhir tahun 2022, kencangnya isu resesi ekonomi 2023 semakin gempar dibicarakan. Lalu, kenapa 2023 diprediksi akan resesi? Ternyata, ketidakstabilan kondisi ekonomi global setelah perang Rusia-Ukraina yang membuat harga pangan dan energi melonjak di negara-negara pemegang super power seperti Amerika, China, dan Eropa semakin terlihat.
Isu resesi global 2023 ini juga sempat disinggung oleh Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani yang memprediksi bahwa akan mulai terjadi karena dipicu oleh kenaikan agresif suku bunga bank sentral di beberapa negara seperti Amerika dan Eropa untuk meredam laju inflasi yang terus melambung.
Namun, meski resesi global 2023 disinyalir akan terjadi, memasuki Q4 pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif. Dilansir dari laman data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan PDB Indonesia Q3 2022 mencapai 5,72% (yoy) atau tumbuh 1,8% (qoq).
Selain itu, angka rasio utang Indonesia terhadap PDB per September pun masih tergolong aman, yaitu 39,30%. Artinya, jika mengacu pada Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, rasio utang maksimal sebesar 60%, maka Indonesia dapat dikatakan belum punya utang luar negeri yang berlebihan.
Selain itu, data inflasi bulanan Bank Indonesia yang sebelumnya sempat mencapai angka tertinggi 5,95% pada September pun mengalami penurunan inflasi ke kisaran 5,71% pada akhir bulan Oktober.
Karena itu, isu resesi global 2023 sebenarnya dapat dikatakan tidak akan berdampak terlalu signifikan pada ekonomi Indonesia. Hal ini karena jika resesi ekonomi didefinisikan dengan penurunan PDB setidaknya dua kuartal berturut-turut, maka data-data di atas mematahkan isu resesi ekonomi 2023 akan menggoyahkan Indonesia.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak stabil, para investor dihadapkan pada sejumlah tantangan yang serius. Namun, jangan biarkan ketidakpastian ini menghentikan langkah Anda dalam berinvestasi. Terlepas dari keadaan sulit, masih ada peluang yang dapat diambil.
Salah satu strategi kunci dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak stabil adalah diversifikasi portofolio investasi. Diversifikasi memungkinkan Anda untuk mengalokasikan modal Anda ke berbagai jenis instrumen investasi, seperti saham, obligasi, reksa dana, properti, dan emas. Diversifikasi adalah kunci untuk mengurangi risiko dan melindungi investasi Anda dari fluktuasi pasar yang tidak terduga.
Saat memilih instrumen investasi, penting untuk mempertimbangkan risiko dan potensi keuntungan, kebutuhan dan tujuan investasi Anda, serta jangka waktu investasi yang Anda inginkan. Konsultasi dengan profesional keuangan dan melakukan riset yang cermat adalah langkah bijak sebelum membuat keputusan investasi. Ini karena beberapa sektor pasar mungkin mengalami penurunan selama masa ketidakpastian ekonomi, sementara sektor lain masih memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan.
Emas, sebagai salah satu instrumen investasi yang telah terbukti berkinerja baik selama ketidakpastian ekonomi, dapat menjadi pilihan yang bijak. Emas tidak hanya mempertahankan nilai dalam situasi ekonomi yang sulit, tetapi juga dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Secara keseluruhan, investasi dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil adalah peluang bagi para investor yang memiliki kemampuan untuk mengelola risiko dengan bijak. Dengan strategi yang matang, pengetahuan yang baik, dan analisis yang cermat, Anda dapat tetap berhasil berinvestasi dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian ini. Ingatlah bahwa setiap keputusan investasi harus didasarkan pada pemahaman yang kuat dan perencanaan yang hati-hati untuk mencapai tujuan keuangan Anda.